Thursday, May 3, 2012

Mencintai Seseorang Dari kekurangan

Sore itu pulang les Sania gak langsung pulang ke rumah, dia mampir dulu ke taman yang jaraknya gak jauh dari tempat les musiknya. Suasana taman seperti sore-sore biasanya ramai oleh pengunjung, begitupun pedagang-pedangan makanan atau lainnya.
Ketika Sania sedang memakan gula kapas yang baru dibelinya, seorang cowok mendekatinya. “Hai…”sapanya. Sania hanya diam. “Hai..kamu”sahut cowok itu mengulanginya. “Kesiapa??aku??”sahut Sania sambil menunjuk dirinya. Cowok itu hanya menganguk. “Ada apa??”tanya Sania singkat. “mmmm…aku disini anak baru, pindahan dari Bogor, apa kamu orang sini??“tanya cowok itu. “Gak penting banget sih.., lagian aku gak mau tau kamu anak baru disini”ketus Sania, Sania melihat wajah cowok itu seperti kecewa. Sania menarik nafas “hemmm..iyah aku anak sini, puas kamu?”sahut Sania. Cowok itu tersenyum “Nama aku Dimas, kamu?“sahut Dimas yang menyodorkan tangannya. “Sania...“sahutnya.
Tak disangka rumah mereka berdua masih satu komplek, akhirnya mereka pulang bareng, Sania masih kurang akrab walaupun setiap pertanyaan dia jawab tapi singkat. Dimas gak cape-cape lagi nanya-nanya terus. Tak disangka kembali mereka akan menjadi teman yang benar-benar akrab, ketika mereka kelas 2 SMP mereka jadi kurang akrab karena Dimas yang terpilih sebagai kapten basket, dan ketua OSIS. Banyak banget cewek yang ngedeketin dia, tapi Dimas selalu menjauh.
Sania dia juga semakin sibuk sama cita-cita dia dibidang music, terkadang kedua sahabat ini seperti yang tak kenal. Sebenarnya mereka sedih akan keadaan ini tapi inilah yang harus dijalani mereka. Hidup adalah perjuangan yang tak henti-henti. J.
Masa-masa SMP berlalu. Kejadian itu terulang kembali ketika Sania duduk ditaman sambil memakan gula kapas, seseorang menyapanya. “Heii..?”. Sapa seorang cowok yang berdiri didepannya. Sania mengangkat kepalanya. “Dimas..??”. “Iyah aku Dimas, San kamu beda banget sekarang”Sahut Dimas sambil tersenyum lalu duduk disamping Sania. “Apanya yang beda?? Kamu sama aja kayak dulu.“ Merekapun tertawa teringat masa lalu dimana setiap sore mereka selalu mengobrol bareng di taman. “Sumpah beda banget lebih cantik pake kerudung.“sahut Dimas, Sania hanya tersenyum. “Dan kali ini kamu lebih banyak senyum ketimbang dulu kerjaan kamukan marah-marah sama aku.“perotes Dimas. “Ya..ampun maaf Dimas, lagian dulu aku masih kecil. Maafin aku ya??“sahut Sania sambil tersenyum kembali. “Iyah..dech aku maafin. Kenapa sekolahnya harus ke Al-Azhar jadikan jauh dari aku.“sahut Dimas. “Yaelah..percuma aku deket sama kamu juga, kamu gak pernah ada waktu buat aku jadi aku lebih milih sekolah bukan dikota ini, lagian pengen suasana baru ya..walaupun sekolahnya Swasta, dan aku pengen mandiri.“Jawab Sania. “Maaf ya..semenjak SMP kita gak pernah ngobrol lagi kayak gini,sebenernya aku sedih. Berarti semenjak kamu sekolah di Al-Azhar kamu kos??.“ “Ya..gitu lah, tapi seneng sumpah banyak temen“sahut Sania. “Yaelah..San..enak banget banyak temen, disini aku kesepian.“keluh Dimas. “Heuh..kesepian dari mananya?? Orang kayak kamu gak mungkin kesepian, banyakan cewek yang nguber-nguber kamu, pasti sekarang kamu jadi playboy.“sahut Sania PD ngomong kayak gitu. “San percaya sama aku, aku gak kayak apa yang kamu pikir, aku gak pernah pacaran. Aku kesepian semenjak gak ada kamu.“Dimas hanya menundukan kepalanya. Sania kaget mendengar perkataannya. “Kamu bener gak pernah pacaran??“ “Kenapa aku harus boong sama orang sebaik kamu, hati aku Cuma buat bidadari kedua aku.“sahut Dimas yang kemudian tersenyum kepada Sania. “Ya..Allah maafkan hamba, berfikir seperti itu“dalam pikiran Sania. “Maafin aku ya..“. “Gak papa kali San, hahaha..banyak kok orang yang pikir kayak gitu, salah aku juga gak pernah ngasih kabar lagi sama kamu.“.    
Malam itu Sania didepan kamarnya, memandang langit ini yang sering mereka lakukan bersama saat itu. Hpnya berdering. Ada satu pesan.
“Assalamu’alaikum... Sania J
“Wa’alaikumsalam....“
“Sania ini Dimas. Hhe.. San kapan balik ke Al-Azhar?“
“Ouh..Dimas. Mungkin hari Minggu sore, kebetulan aku minta izinnya sampe hari Minggu.  Emang kenapa?“
“Besok maen basket, di tempat biasa mau ya??:D“
“Siipp..aku mau banget, samper aku besok sore.. J
“Iyah..bawa sepeda ya.??“
“Hemmm..ok dech. ;-)”
Sore itu seprti yang dijanjikan mereka akan maen basket. Waktu dulu mereka sering banget datang ketempat itu maen basket bareng. Mereka lakuakan itu kembali dihari ini. Ketika selesai mereka duduk dirumah pohon, ngobrol-ngobrol seperti biasa. “San aku baru kepikiran, kamu disinikan ikut les music, nah semenjak sekolah di Al-Azhar lesnya gimana?”tanya Dimas. “Sebenernya aku sekolah di Al-Azhar juga sengaja, kebetulan aku disuruh pindah lesnya lembaga les yang disini punya cabang dikota itu jadi ya..aku disuruh pindah kesana biar lebih terkontrol kata guru les aku, disini tuh..aku terlalu manja kadang aku gak serius belajarnya, jadi..ya..aku dipindahin dech, dan alhamdulilah disna bener-bener terkontrol lesnya, kalo aku gak les pasti stafnya ada yang nyari aku ke tempat kos aku. Hahaha..parah bangetkan” mereka tertawa bersama.  “Kosnya jauh gak dari sekolah??“tanya Dimas. “Gak lah, aku aja suka jalan deket kok!!! Makannya kapan-kapan maen kesana.“ “hahaha..kapan-kapan ya..;-)“.
Waktupun berlalu kali ini Sania jarang pulang kerumah, dia udah terlalu betah, walaupun terkadang dia merindukan suasana rmah atau Dimas sahabatnya. Masa-masa SMA sebentar lagi akan berakhir. Sania akan melanjutkan sekolahnya di Yogyakarta untuk sementara karena cita-cita sebenarnya bukan ini. ISI itu lah Universitas yang akan digengamnya untk sementara.
Lagi-lagi Dimas dan Sania harus berbeda kota. 4 tahun berlalu mereka berdua lulus. Perjalanan mereka masih belum berakhir. Sania baru akan memulai impiannya dari kecil sekolah dinegeri musik, tempat lahirnya Mozart tak lain itu negara maju Austria tetangganya Jerman.
Namun disisi lain terkadang bunda atau ayahnya selalu menanti anak perempuannya ini untuk cepat menikah. Ketika ditanya seperti itu Sania hanya tersenyum. Begitupun Dimas, mereka berdua belum pernah ketemu lagi. Tapi merka berdua tahu bahwa mereka berdua juga akan melanjutkan S2nya diluar negeri.
Sore itu ditaman ketika Sania sedang memakan gula kapas, Hpnya berdering ada telf dari bundannya.
“Assalamu’alaikum??“
“Wa’alaikumsalam, ada apa Bun??“
“Sayang kamu cepet datang kerumah sakit, Dimas kecelakaan waktu mau kebandara.“
“Inanilahi...ya..Allah..,, iyah bun, Sani kesana“
Sania lagsung naik kemobil, dia bener-bener sedih mendengar kabar itu, selama menyetir mobil air mata menetes.
Ketika sampe rumah sakit semua udah kumpul, terlihat ibunya Dimas menangis Sania langsung mendekatinya.
“Sabar tante...“sahut Sania sambil menangis.
Ibunya langsung memeluk Sania sangat erat. Seperti tak ingin melepas pelukan itu. Tak lama dari itu dokter keluar. Ibunya Dimas langsung melepas pelukan itu menuju dokter. “Bagaimana keadaan anak saya??“tanyanya. “Saya sangat berat mengatakan ini, dia mengalami kelumpuhan.”. Air mata Sania semakin banyak mengalir mendengar itu. Sania langsung berlari keluar menuju tempat paling nyaman di rumah sakit itu yang tak lain Masjid. Sania hanya bisa berdo’a untuk Dimas.
Entah selama apa Sania berdo’a, dia menuju kamar rawatnya Dimas. Terlihat sosok Dimas terbaring ditempat tidur, langkah Sania semakin mendekatinya. Sania langsung mengeluarkan tafsir kecilnya dari tasnya yang selalu dibawa kemanapn dia pergi. Dia hanya membaca beberapa Surat Qur’an. Tak lama dari itu Dimas bangun. “Sania…”sapanya lemas. “Dimas..”sahut Sania kemuadian berhenti membaca Al-Qur’an dan berdiri dari tempt duduknya. “Apa yang terjadi..?kaki aku susah digerakin ..”sahutnya. “Dimas..yang sabar ya…??”sahut Sania sambil menangis. “Aku kenapa San??Kenapa kamu nangis??”tanya Dimas. “Kamu..kamu...lumpuh Dimas..“sahut Sania air matanya semakin banyak. “Aku..lumpuh San??”Sahut Dimas yang bicaraya mulai melemas.  Sania hanya mengangguk air matanya tak bisa ditahan lagi.
Waktu terus berlalu, sayang Sania harus menundur waktu pemberangkatannya, dia tak ingin meninggal Dimas, hampir setiap hari Dimas dirawatnya. Suatu hari ketika mereka sedang berada ditaman, Dimas memulai pembicaraan. “Aku tau kamu rela menunda pemberangkatan kamu ke Austria, itu pasti gara-gara aku, maafin aku ya San.“ Sania hanya tersenyum. “Kamu liat cewek yang seberang sana“sahut Dimas sambil menunjuk. “Kenapa dia??“tanya Sania. “Waktu aku belum gini, dia selalu ngejar-ngejar aku, walaupun dia cantik, tapi aku yakin dia ngejar-ngejar aku karena kepopuleran aku dia gak tulus suka sama aku juga, begitupun cewek-cewek yang laennya.“ Sania tersenyum kembali.“Kamu gak boleh gitu, biar Tuhan yang bals semuanya.“. “Apa aku terlalu sombong sampe-sampe Tuhan ngasih cobaan berat banget buat aku, boleh aku cerita sesuatu??“tanya Dimas. “Tenntu boleh..“jawab Sania. “Tapi sebelumnya aku mau tanya sesuatu, apa kamu tau kalo aku mau lanjutin sekolah aku keluar negeri??“. Sania menunduk, lalu mengangkat kepala dan menjawab. “Aku tau, bunda yang kasih tau semuanya, sebenernya sehari sebelum kamu berangkat bunda nyuruh aku buat ketemu kamu, aku turutin apa kemauan bunda tapi waktu aku kerumah kamu, kamu lagi ngoborl sama temen-temen kamu terutama banyak banget anak cewek jadi aku pulang lagi dech.“jawab Sania. “Dihari itu aku nunggu kamu sampe malem, aku kira kamu lagi gak ada disini di teflhp kamu gak diaktifin. Anak-anak cewek itu maksa aku buat ngungkapin isi hati aku sama salah satu diantara mereka, tapi gak ada yang aku pilih satupun, karena aku tau seseorang yang aku mau bukan disitu dia entah ada dimana, kamu tau siapa dia??“.Sania hanya mengeleng. “Aku harap gak kaget denger perkataan aku, orang itu kamu, aku pengen kamu jadi pendamping hidup aku, tpi entah keadaan aku sekarang kayak gini, apa kamu mau nerima aku?“tanya Dimas melemas, sebenarnya Sania benar-benar kaget mendengar itu. Sania meneteskan airmatanya kembali. “Kamu tau dari dulu aku bener-bener mengaharapkan semua itu, aku siap nerima kamu apa adanya.“jawab Sania. Dimas tersenyum bahagia sambil meneteska air mata. “Terimakasih ya..Rabb atas yang Kau berikan saat ini.“
Seminggu dari kejadian itu, merekapun menikah, dipernikahan ada kejadian yang sangat membahagian untuk seorang wanita yang menikahi lelaki ini yang tak lain itu Sania. Hadiah paling spesial untuk Sania. Sebenarnya Dimas cowok yang ganteng, populer, kayak raya dan segala-galanya dech hanya berpura-pura mengalami kelumpuhan, dia hanya ingin menguji para wanita. Dia ingin seorang wanita mencintai dirinya apa adanya, yang lebih pasti dari kekurangannya. Kali ini para wanita yang dahulu mengejarnya dan ketika tahu Dimas lumpuh mereka malah menjauhi Dimas sekarang mereka hanya menyesal akan kejadian ini, semoga mereka berubah.
Dan untuk Dimas dan Sania mereka sangat bahagia, Dimas sangat mengerti perasaan Sania jadi Dimas memutuskan untuk melanjutkan sekolahnya di negeri yang sama, semoga mereka hidup bahagia selamanya...!! Aminnn...
“Mungkin kau akan menikahi orang yang kau kenal, bukan orang yang kau cinta“^_*

No comments:

Post a Comment