Sore
itu pulang les Sania gak langsung pulang ke rumah, dia mampir dulu ke taman
yang jaraknya gak jauh dari tempat les musiknya. Suasana taman seperti
sore-sore biasanya ramai oleh pengunjung, begitupun pedagang-pedangan makanan
atau lainnya.
Ketika
Sania sedang memakan gula kapas yang baru dibelinya, seorang cowok
mendekatinya. “Hai…”sapanya. Sania hanya diam. “Hai..kamu”sahut cowok itu
mengulanginya. “Kesiapa??aku??”sahut Sania sambil menunjuk dirinya. Cowok itu
hanya menganguk. “Ada apa??”tanya Sania singkat. “mmmm…aku disini anak baru,
pindahan dari Bogor, apa kamu orang sini??“tanya cowok itu. “Gak penting banget
sih.., lagian aku gak mau tau kamu anak baru disini”ketus Sania, Sania melihat
wajah cowok itu seperti kecewa. Sania
menarik nafas “hemmm..iyah aku anak sini, puas kamu?”sahut Sania. Cowok itu
tersenyum “Nama aku Dimas, kamu?“sahut Dimas yang menyodorkan tangannya.
“Sania...“sahutnya.
Tak
disangka rumah mereka berdua masih satu komplek, akhirnya mereka pulang bareng,
Sania masih kurang akrab walaupun setiap pertanyaan dia jawab tapi singkat.
Dimas gak cape-cape lagi nanya-nanya terus. Tak disangka kembali mereka akan
menjadi teman yang benar-benar akrab, ketika mereka kelas 2 SMP mereka jadi
kurang akrab karena Dimas yang terpilih sebagai kapten basket, dan ketua OSIS. Banyak
banget cewek yang ngedeketin dia, tapi Dimas selalu menjauh.
Sania dia juga semakin sibuk sama
cita-cita dia dibidang music, terkadang kedua sahabat ini seperti yang tak
kenal. Sebenarnya mereka sedih akan keadaan ini tapi inilah yang harus dijalani
mereka. Hidup adalah perjuangan yang tak henti-henti. J.
Masa-masa SMP berlalu. Kejadian
itu terulang kembali ketika Sania duduk ditaman sambil memakan gula kapas,
seseorang menyapanya. “Heii..?”. Sapa seorang cowok yang berdiri didepannya.
Sania mengangkat kepalanya. “Dimas..??”.
“Iyah aku Dimas, San kamu beda banget sekarang”Sahut Dimas sambil tersenyum
lalu duduk disamping Sania. “Apanya yang beda?? Kamu sama aja kayak dulu.“
Merekapun tertawa teringat masa lalu dimana setiap sore mereka selalu mengobrol
bareng di taman. “Sumpah beda banget lebih cantik pake kerudung.“sahut Dimas,
Sania hanya tersenyum. “Dan kali ini kamu lebih banyak senyum ketimbang dulu
kerjaan kamukan marah-marah sama aku.“perotes Dimas. “Ya..ampun maaf Dimas,
lagian dulu aku masih kecil. Maafin aku ya??“sahut Sania sambil tersenyum
kembali. “Iyah..dech aku maafin. Kenapa sekolahnya harus ke Al-Azhar jadikan
jauh dari aku.“sahut Dimas. “Yaelah..percuma aku deket sama kamu juga, kamu gak
pernah ada waktu buat aku jadi aku lebih milih sekolah bukan dikota ini, lagian
pengen suasana baru ya..walaupun sekolahnya Swasta, dan aku pengen mandiri.“Jawab
Sania. “Maaf ya..semenjak SMP kita gak pernah ngobrol lagi kayak
gini,sebenernya aku sedih. Berarti semenjak kamu sekolah di Al-Azhar kamu
kos??.“ “Ya..gitu lah, tapi seneng sumpah banyak temen“sahut Sania.
“Yaelah..San..enak banget banyak temen, disini aku kesepian.“keluh Dimas.
“Heuh..kesepian dari mananya?? Orang kayak kamu gak mungkin kesepian, banyakan
cewek yang nguber-nguber kamu, pasti sekarang kamu jadi playboy.“sahut Sania PD
ngomong kayak gitu. “San percaya sama aku, aku gak kayak apa yang kamu pikir,
aku gak pernah pacaran. Aku kesepian semenjak gak ada kamu.“Dimas hanya
menundukan kepalanya. Sania kaget mendengar perkataannya. “Kamu bener gak
pernah pacaran??“ “Kenapa aku harus boong sama orang sebaik kamu, hati aku Cuma
buat bidadari kedua aku.“sahut Dimas yang kemudian tersenyum kepada Sania.
“Ya..Allah maafkan hamba, berfikir seperti itu“dalam pikiran Sania. “Maafin aku
ya..“. “Gak papa kali San, hahaha..banyak kok orang yang pikir kayak gitu,
salah aku juga gak pernah ngasih kabar lagi sama kamu.“.
Malam
itu Sania didepan kamarnya, memandang langit ini yang sering mereka lakukan
bersama saat itu. Hpnya berdering. Ada satu pesan.
“Assalamu’alaikum...
Sania J“
“Wa’alaikumsalam....“
“Sania
ini Dimas. Hhe.. San kapan balik ke Al-Azhar?“
“Ouh..Dimas.
Mungkin hari Minggu sore, kebetulan aku minta izinnya sampe hari Minggu. Emang kenapa?“
“Besok
maen basket, di tempat biasa mau ya??:D“
“Siipp..aku
mau banget, samper aku besok sore.. J“
“Iyah..bawa sepeda ya.??“
“Hemmm..ok dech. ;-)”
Sore itu seprti yang dijanjikan
mereka akan maen basket. Waktu dulu mereka sering banget datang ketempat itu
maen basket bareng. Mereka lakuakan itu kembali dihari ini. Ketika selesai
mereka duduk dirumah pohon, ngobrol-ngobrol seperti biasa. “San aku baru
kepikiran, kamu disinikan ikut les music, nah semenjak sekolah di Al-Azhar
lesnya gimana?”tanya Dimas. “Sebenernya aku sekolah di Al-Azhar juga sengaja,
kebetulan aku disuruh pindah lesnya lembaga les yang disini punya cabang dikota
itu jadi ya..aku disuruh pindah kesana biar lebih terkontrol kata guru les aku,
disini tuh..aku terlalu manja kadang aku gak serius belajarnya, jadi..ya..aku
dipindahin dech, dan alhamdulilah disna bener-bener terkontrol lesnya, kalo aku
gak les pasti stafnya ada yang nyari aku ke tempat kos aku. Hahaha..parah
bangetkan” mereka tertawa bersama.
“Kosnya jauh gak dari sekolah??“tanya Dimas. “Gak lah, aku aja suka
jalan deket kok!!! Makannya kapan-kapan maen kesana.“ “hahaha..kapan-kapan
ya..;-)“.
Waktupun berlalu kali ini Sania
jarang pulang kerumah, dia udah terlalu betah, walaupun terkadang dia
merindukan suasana rmah atau Dimas sahabatnya. Masa-masa SMA sebentar lagi akan
berakhir. Sania akan melanjutkan sekolahnya di Yogyakarta untuk sementara
karena cita-cita sebenarnya bukan ini. ISI
itu lah Universitas yang akan digengamnya untk sementara.
Lagi-lagi
Dimas dan Sania harus berbeda kota. 4 tahun berlalu mereka berdua lulus.
Perjalanan mereka masih belum berakhir. Sania baru akan memulai impiannya dari
kecil sekolah dinegeri musik, tempat lahirnya Mozart tak lain itu negara maju
Austria tetangganya Jerman.
Namun
disisi lain terkadang bunda atau ayahnya selalu menanti anak perempuannya ini
untuk cepat menikah. Ketika ditanya seperti itu Sania hanya tersenyum.
Begitupun Dimas, mereka berdua belum pernah ketemu lagi. Tapi merka berdua tahu
bahwa mereka berdua juga akan melanjutkan S2nya diluar negeri.
Sore
itu ditaman ketika Sania sedang memakan gula kapas, Hpnya berdering ada telf
dari bundannya.
“Assalamu’alaikum??“
“Wa’alaikumsalam,
ada apa Bun??“
“Sayang
kamu cepet datang kerumah sakit, Dimas kecelakaan waktu mau kebandara.“
“Inanilahi...ya..Allah..,,
iyah bun, Sani kesana“
Sania
lagsung naik kemobil, dia bener-bener sedih mendengar kabar itu, selama
menyetir mobil air mata menetes.
Ketika
sampe rumah sakit semua udah kumpul, terlihat ibunya Dimas menangis Sania
langsung mendekatinya.
“Sabar
tante...“sahut Sania sambil menangis.
Ibunya
langsung memeluk Sania sangat erat. Seperti tak ingin melepas pelukan
itu. Tak lama dari itu dokter keluar. Ibunya
Dimas langsung melepas pelukan itu menuju dokter. “Bagaimana
keadaan anak saya??“tanyanya. “Saya sangat berat mengatakan ini, dia mengalami
kelumpuhan.”. Air mata Sania semakin banyak mengalir mendengar itu. Sania
langsung berlari keluar menuju tempat paling nyaman di rumah sakit itu yang tak
lain Masjid. Sania hanya bisa berdo’a untuk Dimas.
Entah selama apa Sania berdo’a,
dia menuju kamar rawatnya Dimas. Terlihat sosok Dimas terbaring ditempat tidur,
langkah Sania semakin mendekatinya. Sania langsung mengeluarkan tafsir kecilnya
dari tasnya yang selalu dibawa kemanapn dia pergi. Dia hanya membaca beberapa
Surat Qur’an. Tak lama dari itu Dimas bangun. “Sania…”sapanya lemas.
“Dimas..”sahut Sania kemuadian berhenti membaca Al-Qur’an dan berdiri dari tempt
duduknya. “Apa yang terjadi..?kaki aku susah digerakin ..”sahutnya.
“Dimas..yang sabar ya…??”sahut Sania sambil menangis. “Aku kenapa San??Kenapa
kamu nangis??”tanya Dimas. “Kamu..kamu...lumpuh Dimas..“sahut Sania air matanya
semakin banyak. “Aku..lumpuh San??”Sahut Dimas yang bicaraya mulai melemas. Sania hanya mengangguk air matanya tak bisa
ditahan lagi.
Waktu terus berlalu, sayang Sania
harus menundur waktu pemberangkatannya, dia tak ingin meninggal Dimas, hampir
setiap hari Dimas dirawatnya. Suatu hari
ketika mereka sedang berada ditaman, Dimas memulai pembicaraan. “Aku tau kamu
rela menunda pemberangkatan kamu ke Austria, itu pasti gara-gara aku, maafin
aku ya San.“ Sania hanya tersenyum. “Kamu liat cewek yang seberang sana“sahut
Dimas sambil menunjuk. “Kenapa dia??“tanya Sania. “Waktu aku belum gini, dia
selalu ngejar-ngejar aku, walaupun dia cantik, tapi aku yakin dia ngejar-ngejar
aku karena kepopuleran aku dia gak tulus suka sama aku juga, begitupun
cewek-cewek yang laennya.“ Sania tersenyum kembali.“Kamu gak boleh gitu, biar
Tuhan yang bals semuanya.“. “Apa aku terlalu sombong sampe-sampe Tuhan ngasih
cobaan berat banget buat aku, boleh aku cerita sesuatu??“tanya Dimas. “Tenntu
boleh..“jawab Sania. “Tapi sebelumnya aku mau tanya sesuatu, apa kamu tau kalo
aku mau lanjutin sekolah aku keluar negeri??“. Sania menunduk, lalu mengangkat
kepala dan menjawab. “Aku tau, bunda yang kasih tau semuanya, sebenernya sehari
sebelum kamu berangkat bunda nyuruh aku buat ketemu kamu, aku turutin apa
kemauan bunda tapi waktu aku kerumah kamu, kamu lagi ngoborl sama temen-temen
kamu terutama banyak banget anak cewek jadi aku pulang lagi dech.“jawab Sania.
“Dihari itu aku nunggu kamu sampe malem, aku kira kamu lagi gak ada disini di
teflhp kamu gak diaktifin. Anak-anak cewek itu maksa aku buat ngungkapin isi
hati aku sama salah satu diantara mereka, tapi gak ada yang aku pilih satupun,
karena aku tau seseorang yang aku mau bukan disitu dia entah ada dimana, kamu
tau siapa dia??“.Sania hanya mengeleng. “Aku harap gak kaget denger perkataan
aku, orang itu kamu, aku pengen kamu jadi pendamping hidup aku, tpi entah
keadaan aku sekarang kayak gini, apa kamu mau nerima aku?“tanya Dimas melemas,
sebenarnya Sania benar-benar kaget mendengar itu. Sania meneteskan airmatanya
kembali. “Kamu tau dari dulu aku bener-bener mengaharapkan semua itu, aku siap
nerima kamu apa adanya.“jawab Sania. Dimas tersenyum bahagia sambil meneteska
air mata. “Terimakasih ya..Rabb atas yang Kau berikan saat ini.“
Seminggu
dari kejadian itu, merekapun menikah, dipernikahan ada kejadian yang sangat
membahagian untuk seorang wanita yang menikahi lelaki ini yang tak lain itu
Sania. Hadiah paling spesial untuk Sania. Sebenarnya Dimas cowok yang ganteng,
populer, kayak raya dan segala-galanya dech hanya berpura-pura mengalami
kelumpuhan, dia hanya ingin menguji para wanita. Dia ingin seorang wanita
mencintai dirinya apa adanya, yang lebih pasti dari kekurangannya. Kali ini
para wanita yang dahulu mengejarnya dan ketika tahu Dimas lumpuh mereka malah menjauhi
Dimas sekarang mereka hanya menyesal akan kejadian ini, semoga mereka berubah.
Dan
untuk Dimas dan Sania mereka sangat bahagia, Dimas sangat mengerti perasaan
Sania jadi Dimas memutuskan untuk melanjutkan sekolahnya di negeri yang sama,
semoga mereka hidup bahagia selamanya...!! Aminnn...
“Mungkin
kau akan menikahi orang yang kau kenal, bukan orang yang kau cinta“^_*